Saturday, December 06, 2003

Belakangan ini kelihatannya makin sering merenung. There's something bothering me. There's something that inside of my mind. It's the one that I try to write over and over again. untill I find out this sentence somewhere... somehow...

Kesedihan adalah keadaan dalam pikiran belaka dan tidak tergantung pada kenyataan. Kesedihan atau bukan hanya ada dalam pikiran.
semua hanya dalam pikiran, jadi bila kita berpikir sesuatu yang menggembirakan maka kita akan bahagia, jika kita berpikir tentang suatu hal yang menyedihkan, kita akan menjadi sedih
Sedih, susah, senang hanya sebuah keadaan dalam pikiran belaka...semuanya berawal dari pikiran.

Manusia yg sempurna tak pernah berpikir untuk apa dirinya ada dan untuk apa dia bekerja. Ia tidak mengubah perasaannya dan expresinya hanya karna orang biasa sedang memperhatikannya atau sebaliknya ia tidak akan mengubah expresi dan perasaannya itu hanya karna tak ada org yg memperhatikannya. Ia datang sendiri pergi sendiri. Apa yg dapat menghalangi nya?

Pernah ga kita sadari seberapa seringnya kita menggunakan topeng untuk menyenangkan hati orang lain? Mencoba menjadi diri sendiri, itu adalah hal tersulit yang dapat di lakukan.

*merenung lagi sambil dengerin lagu :

Betapa hati ku, berterima kasih Yesus
Kau mengasihiku, Kau memilikiku

Hanya ini Tuhan persembahanku
seluruh hidupku, jiwa dan ragaku
s'bab tak kumiliki harta kekayaan
yang cukup berarti
tuk ku persembahkan

hanya ini Tuhan permohonanku
terimalah Tuhan persembahanku
pakailah hidupku
sebagai alatmu
seumur hidupku.

Sunday, November 30, 2003

ga kerasa liburan dah abis, besok dah musti kerja lagi.

saduran dari Proceeding - Frank Koch, Naval Institute


Dua kapal perang yang ditugaskan dalam skuardon latihan sudah berada di laut dan sedang melakukan manuver dalam cuaca buruk selama beberapa hari. Saya bertugas di kapal perang utama dan sedang berjaga di atas anjungan ketika malam tiba. Jarak penglihatan buruk karena kabut maka kapten tetap berada di anjungan mengawasi semua aktivitas.
Tak lama setelah hari menjadi gelap, pengintai pada sayap anjungan melaporkan, "Sinar, pada haluan sebelah kanan."
" Tetap atau bergerak mundur?" kapten berseru
Pengintai menjawab. "Tetap, Kapten," yang berarti kami berada dalam arah tabrakan yang berbahaya dengan kapal itu.
Kapten lalu berseru kepada pemberi isyarat, "Beri isyarat kepada kapal itu: Kita berada pada arah tabrakan, kami anjurkan anda mengubah arah 20 derajat."
Datang isyarat balasan, "Anda dianjurkan mengubah arah 20 derajat."
Kapten berkata, "Kirim pesan, saya kapten, ubahlah arah anda 20 derajat."
"Saya kelasi tingkat dua," datang balasannya. "Anda sebaiknya berganti arah 20 derajat."
Pada saat itu, sang kapten menjadi marah. Ia membentak, "Kirim pesan, saya kapal perang. Ubahlah arah anda 20 derajat."
Datang balasannya lagi, "Saya mercu suar."
Kami pun mengubah arah.