Saturday, November 15, 2003

Subject: Teladan Ibu Teresa

Ini sesuatu yang baik buat kita renungkan.... Inilah perkataan yang diucapkan ibuTeresa sebelum kematiannya : "Kalau saya memungut seseorang yang lapar dari jalan, saya beri dia sepiring nasi, sepotong roti. Tetapi seseorang yang hatinya tertutup, yang merasa tidak dibutuhkan, tidak dikasihi, dalam ketakutan, seseorang yang telah dibuang dari masyarakat - kemiskinan spiritual seperti itu jauh lebih sulit untuk diatasi."Mereka yang miskin secara materi bisa menjadi orang yang indah. Pada suatu petang kami pergi keluar, dan memungut empat orang dari jalan. Dan salah satu dari mereka ada dalam kondisi yang sangat buruk. Saya memberitahu para suster :"Kalian merawat yang tiga; saya akan merawat orang itu yang kelihatan paling buruk." Maka saya melakukan untuk dia segala sesuatu yang dapat dilakukan, dengan kasih tentunya. Saya taruh dia di tempat tidur dan ia memegang tangan saya sementara ia hanya mengatakan satu kata : " Terima kasih " - lalu ia meninggal.Saya tidak bisa tidak harus memeriksa hati nurani saya sendiri. Dan saya bertanya : "Apa yang akan saya katakan, seandainya saya menjadi dia?" dan jawaban saya sederhana sekali. Saya mungkin berusaha mencari sedikit perhatian untuk diriku sendiri. Mungkin saya berkata : " Saya lapar, saya hampir mati, saya kedinginan, saya kesakitan, atau lainnya". Tetapi ia memberi saya jauh lebih banyak ia memberi saya ucapan syukur atas dasar kasih.
Dan ia mati dengan senyum di wajahnya.Lalu ada seorang laki-laki yang kami pungut dari selokan, sebagian badannya sudah dimakan ulat, dan setelah kami bawa dia ke rumah perawatan ia hanya berkata : " Saya telah hidup seperti hewan di jalan, tetapi saya akan mati seperti malaikat, dikasihi dan dipedulikan. " Lalu, setelah kami selesai membuang semua ulat dari tubuhnya, yang ia katakan dengan senyum ialah : " Ibu, saya akan pulang kepada Tuhan" - lalu ia mati.Begitu indah melihat orang yang dengan jiwa besar tidak mempersalahkan siapapun, tidak membandingkan dirinya dengan orang lain.Seperti malaikat, inilah jiwa yang besar dari orang-orang yang kaya secara rohani sedangkan miskin secara materi.

Hidup adalah kesempatan, gunakan itu.
Hidup adalah keindahan, kagumi itu.
Hidup adalah mimpi, wujudkan itu.
Hidup adalah tantangan, hadapi itu.
Hidup adalah kewajiban, penuhi itu.
Hidup adalah pertandingan, jalani itu.
Hidup adalah mahal, jaga itu.
Hidup adalah kekayaan, simpan itu.
Hidup adalah kasih, nikmati itu.
Hidup adalah janji, genapi itu.
Hidup adalah kesusahan, atasi itu.
Hidup adalah nyanyian, nyanyikan itu.
Hidup adalah perjuangan, terima itu.
Hidup adalah tragedi, hadapi itu.
Hidup adalah petualangan, lewati itu.
Hidup adalah keberuntungan, laksanakan itu.
Hidup adalah terlalu berharga, jangan rusakkan itu.
Hidup adalah hidup, berjuanglah untuk itu.


********dari forward email********

Thursday, November 13, 2003

salah seorang teman bilang gini:
I believe in luck, orang kerja keras tanpa luck sama aja sama bohong. Jadi buat apa kamu kerja keras kalau ga ada luck sama aja sama boong kerja terus tanpa hasil.
hmmm terus terang pendapatnya kurang bisa gua terima sih. karena hanya sebagian kecil dari orang yang kaya itu karena beruntung..sedikit sekali jika di bandingkan dengan yang sukses karena kerja keras dan disiplin diri. tapi seringnya orang melihat yang sedikit itu, akhirnya keberuntungan jadi di anggap faktor yang paling utama padahal belum tentu. Setuju kalau orang bilang ada orang yang sudah kerja keras banting tulang tapi hasilnya tetap segitu aja, malah banyak yang seperti itu. Orang yang berhasil karena kerja keras juga banyak sayangnya orang lain melihatnya sebagai suatu keberuntungan bukan di lihat proses dia bisa seperti itu dari mana asalnya.
jadi inget sama satu cerita:

A dan B adalah sepasang sahabat yang hidup di suatu desa yang tidak memiliki sumber mata air. Satu satu nya sumber mata air terdekat adalah sebuah sungai yang jaraknya 20 km dari desa mereka. A dan B mempunyai ide bagus mereka pergi ke sungai itu dan membawa air dengan ember untuk di jual pada penduduk desa. Pertama tama mereka masing masing cuma bisa membeli satu buah ember sebagai modal pertama tapi lambat laun mereka bisa membeli satu buah ember lagi, untuk menambah frekuensi jumlah penjualan air mereka. dalam Benak A jika dia melatih otot-ototnya sehingga dia bisa membawa ember yang lebih besar dan lebih cepat maka jumlah penghasilan yang dia peroleh dapat terus bertambah, oleh karena itu A bekerja keras supaya dapat menempuh jarak dari sungai ke desa secepat mungkin sehingga dapat memperoleh keuntungan yang makin besar. Dalam benak B dia juga ingin memperoleh hasil yang lebih dari apa yang sudah dia peroleh, namun dia berpikir alangkah lebih baiknya jika membuat suatu saluran irigasi dari sungai ke desa sehingga air bisa mengalir dah dia bisa menjual lebih banyak air tanpa harus cape- cape lagi mengakut ember air bolak balik dari sungai ke desa. B membagi pikirannya dengan A dia mengajak A untuk bersama2 membangun saluran air itu bersama sama di waktu senggang mereka. A menolak gagasan B dia pikir wah untuk apa cape cape bikin saluran air nanti orang desa keenakan lebih baik kita perbesar ember- ember kita atau mulai menggunakan gerobak dorong untuk mengangkut lebih banyak lagi air. B memutuskan untuk mengerjakan saluran itu seorang diri. Sementara A berhasil mengumpulkan lebih banyak uang karena dia melakukan apa yang dia pikirkan membawa air dengan ember2 yang lebih besar. B tetap membawa air dengan ember-ember ukuran normal tapi setiap sore dan di waktu akhir pekan B selalu menyediakan waktu untuk membangun saluran airnya. Hingga suatu hari.. saluran air B selesai, sementara fisik A sudah menurun karena dia memaksakan diri membawa air sebanyak yang dia mampu setiap hari. B akhirnya memperoleh keuntungan yang lebih banyak karena lebih ember air per hari yang dapat dia jual ke warga desa melalui saluran air yang dia bangun dan dia tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga lagi untuk membawa air dari sungai menuju ke desa. di masa tua nya B dapat menikmati hidup santai dan uang terus mengalir sementara A tidak lagi memperoleh penghasilan karena dia sudah tidak sanggup membawa ember2 air dari sungai ke desa.

cerita yang bagus.
sekarang balik ke pertanyaan di atas. orang yang kerja keras tapi tetap biasa2 aja malah ga ada hasilnya bisa kita bilang orang itu seperti A dalam cerita di atas. kerja keras itu bagus, tidak ada yang dapat di peroleh dengan mudah, tapi kalau kita bilang B itu beruntung, wah.. jelas tidak.. B juga bekerja keras, dia bekerja keras membangun saluran air dari sungai ke desa, tapi kerja keras B tidak sia sia.
Tinggal kembali pada diri kita sendiri, mau menjadi seperti siapa? A atau B? karena itu sangat penting bagi kita untuk menentukan tujuan kita, visi kita, apa sih yang kita inginkan, lalu pikirkan apakah dengan apa yang telah kita lakukan sekarang itu bisa mewujudkan impian kita .. cita - cita kita? atau kita mau cukup berpuas diri seperti A yang berpikir hasil yang di terima sudah cukup dan jika ingin hasil lebih kita harus bekerja lebih giat lagi? atau kita mau bekerja mencari cara lain seperti B? kadang orang tidak mau meninggalkan kehidupan nyamannya karena takut akan resiko, jadi cuma di lihat keuntungan singkat, sementara apa yang bisa di peroleh jauh dari pada itu... jadi balik lagi dah.. hidup hanyalah sebuah pilihan.
kita berusaha sebaik mungkin dan gua percaya Tuhan selalu memberkati orang-orang yang mau berusaha.


Monday, November 10, 2003

kadang kita suka menyembunyikan suatu kenyataan dari seseorang karena kita pikir kalau orang tersebut tahu kenyatannya akan menyakitkan bagi dia dan dia tak mungkin bisa menerimanya, tapi apakah kita pernah berpikir memberinya kesempatan untuk mengetahui apa yang terjadi dan bertindak sesuai dengan apa yang dia pikir terbaik bagi nya atau apa yang dia inginkan dan bukan menurut apa yang kita pikirkan akan dia lakukan? kadang kita dengan mudahnya mengambil kesimpulan ah orang ini tidak akan mampu orang ini tidak mungkin bisa, atau orang ini tidak perlu di beri tahu dan lain sebagainya, mungkin sekarang saat nya untuk memberi kesempatan pada orang untuk memilih. terkadang apa yang ada dalam pikiran kita tidak lah sama dengan apa yang ada di dalam pikiran orang tersebut jadi bagaimana mungkin kita bisa mengambil sebuah kesimpulan untuknya tanpa memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi .. kadang ada hal yang lebih baik di tinggalkan tanpa di bicarakan.. kadang ada hal yang seharusnya di bicarakan tapi di biarkan begitu saja karena kita terlalu sibuk dengan pikiran2 dan asumsi2 sendiri